OKI, PB – Ruang penyimpanan berkas Sekolah Menengah Pertama Negeri 4 Jejawi di Desa Cempedak Kabupaten Ogan Komering Ilir, masih menyimpan misteri.
Sebab terbakarnya ruangan itu pada Minggu (2/9/2022) lalu, memicu dugaan adanya unsur kelalalian.
Dalam tinjauan tim Pemadam Kebakaran Kabupaten OKI, diduga terjadi korsleting listrik. Padahal Kepala SMP Negeri 4 Jejawi Dahlan, mengatakan semua instalasi listrik sudah dipadamkan.
“Sehabis jam belajar dan disaat anak-anak sekolah pulang, kontak listriknya sudah dimatikan,” ujar Dahlan, kepada media ini, Selasa (4/9/2022).
Ruang penyimpanan berkas itu luluh lantak setelah si jago merah melalap semua yang ada. Akibatnya semua berkas terkait proses belajar dan data penyimpanan siswa lulusan beberapa tahun lalu itu lenyap tak tersisa. Semua komputer penyimpanan data harus menjadi barang rongsokan.
Dalam tinjauan ke lokasi kebarakan itu, tim Pemadam Kebakaran Kabupaten OKI menilai ada unsur kelalaian.
“Harusnya, sebelum aliran listrik dinonaktifkan, semua instalasi di ruangan ini harus diperiksa lagi sehingga kita tahu betul apakah aliran listrik sudah benar-benar mati,” ujar Kepala Operasi (Kasop) Lapangan Dinas Pemadam Kebarakan Ogan Komering Ilir Syaifuddin, di lokasi kebarakan, Selasa (4/9/2022).
Syaifuddin mengatakan, harusnya instalasi aliran listrik ini perlu ditinjau ulang. Sebab sudah berapa tahun sejak bangunan sekolah dibangun, tentu ada kabel atau sarana lain yang sudah usang. “Karena itu perlu dilakukan penggantian,” katanya
Para petugas damkar itu meneliti, ada sesuatu yang harus dipelajari dari kejadian yang menghanguskan ruang penyimpanan data tersebut.
Meski tidak ada korban jiwa dalam peristiwa kebarann itu, kata Syaifuddin, namun semua data penting bagi kelangsungan pendidikan di SMPN 4 Jejawi itu tak bisa diselamatkan lagi.
Tapi ruang guru SMPN 4 Jejawi itu, mereka tampak bingung. Sebab tak lagi panduan pendidikan yang harus diajarkan.
“Saat ini kami bingung, Pak. Hanya kelanjutan sistem belajar yang masih kami ingat saja yang diajarkan ke siswa,” ujar seorang guru yang mengaku bernama Murni.
Kepala Sekolah SMPN 4 Jejawi Dahlan, tak mampu berbicara banyak. Ia hanya mengatakan bahwa setelah selesai belajar instalasi listriknya sudah dimatikan.
Menurut saksi mata yang sempat diwawancarai media ini, sehabis jam belajar, semua guru pulang. “Sebagian besar guru SMPN 4 Jejawi itu pulang ke Palembang. Makanya suasana gedung sekolah tampak tenang ketika itu,” jelas Rohman, penduduk setempat.
Namun tiba-tiba, ada kobaran api dari ruang penyimpanan arsip. Warga kaget setengah mati. Mereka berusaha keras untuk ikut memadamkan api yang menghanguskan ruangan penyimpanan data sekolah itu.
“Tapi sia-sia Pak. Karena tak alat yang cukup untuk memadamkan kobaran api di ruangan itu,” ujar Rohman.
Namun setelah kendaraan pemadaman api dari Dinas Pemadam Kebakaran OKI, barulah api tersebut dapat dipadamkan.
Sementara di ruang guru, sejumlah pendidik yang hadir pada Selasa (4/9/2022) itu memperlihatkan wajah bingung. “Kami sulit menerapkan program yang sudah ditentukan pemerintah,” ujar seorang guru.
Sementara itu pengamat pendidikan Sumsel Dr H Syarwani Ahmad MM, mengatakan meski di sekolah itu ada penjaganya, namun secara teknis, kepala sekolahnya harus bertanggung jawab atas terjadinya kebakaran itu.
Sebab baik dari sisi pola pendidikan maupun teknis pemeliharaan gedung sekolah dengan segala pasilitasnya, kepala sekolahlah yang bertanggung jawab.
“Apalagi di tiap sekolah diberikan anggaran pemeliharaan untuk semua aspek. Nah coba gunakan anggaran itu untuk memelihara pasilitas listrik di sekolah itu. Ini suatu keharusan,” ujar Syarwani, ketika dikonfirmasi terkait kebakaran itu. (AN)