Oleh: Ulung Prabowo
Yuk’s sebelum pulang kita wefie terus boomerang dulu! Hi, boomerang, wefie its to old sis, bro sekarang saatnya Tiktok!!
Ada salah satu teman bercerita saat perayaan Imlek kemarin 10 status whatsapp 7 diantaranya adalah Tiktok bersama keluarga, teman atau saudara. Ada salah satu status teman mengatakan nggak usah install Tiktok karena instagram, twitter dan facebook isinya Tiktok semuanya. Dari goyang ubur-ubur, antilemas, dengan diiringi lagu “entah apa yang merasukimu” kegiatan keluarga, reuni, arisan, Imlek, kerja bakti, sampai kencan di malam minggu akan ramai dan menyenangkan sekaligus menghibur bersama Tiktok.
Ya memang, selain virus Corona yang sedang menjadi trending pembicaraan ada satu hal yang juga menjadi trending social media yaitu Tiktok. Tiktok dengan slogan “make your day” telah menghipnotis dunia, dan juga Indonesia. Tiktok menjadi platform sosial media yang paling tinggi pertumbuhannnya di dunia, pada bulan Juli 2019 menurut publikasi internal Tiktok menjadi apps yang paling banyak di download secara worldwide.
Dengan mengusung real people, real video Tiktok benar-benar menjadi platform yang sangat menarik. Disini mengambarkan benar-benar jiwa-jiwa yang terpendam bisa dilakukan bersama platform ini. Dengan mengusung Artificial Intelligence, Tiktok benar-benar bisa memberikan sesuatu yang hal yang dulu hil mustahal slogan srimulat untuk sesuatu yang tidak bisa tercapai bisa menjadi kenyataan. Selain tehnologinya yang canggih mengapa Tiktok sangat melejit, tidak hanya pada kaum generasi Z, Millennial bahkan generasi baby boomer menikmati Tiktok. Mengapa sih sebegitunya Tiktok, setidaknya ada tiga alasan.
Mengembalikan kerja sama dan ngobrol bersama
Sudah jamak sekarang jika ada pertemuan apapun kita semua sibuk dengan handphone kita masing-masing, dari orang tua sampai anak kecil semua sibuk menunduk khusyuk sambil memegang handphonenya. Minim interaksi dengan sekitarnya. Sehingga ada beberapa pertemuan yang sangat ekstrim tentang memegang handphone, karena ingin adanya ngobrol sehingga ada hukuman jika memegang hp saat ketemuan dengan teman-teman, karena saking addictnya dengan handphone.
Dengan Tiktok, walaupun masih sibuk dengan handphone, tetapi ada saatnya harus menghapalkan gerakan goyang ubur-ubur yang mengharuskan interaksi, ngobrol, sinkronisasi gerakan, sehingga secara tidak ada sadar interaksi kerja sama dan ngobrol bersama muncul kembali.
Komunikasi yang biasanya dibangun dengan WA dan text lainnya sekarang benar-benar dikerjakan bersama-sama. Ada tertawa ketika lupa gerakan, ada trik dari teman biar cepat hapal, ada interaksi.
Tiktok ini lebih asyik ketika dilakukan bersama-sama minimal berdua, biar nggak garing, ini juga membuat cair pembicaraan, minimal ada ide untuk ngobrol, ada bahan untuk tertawa bareng sehingga suasana kebersamaan tercipta kembali.
Alay adalah bagian dari kita yang terpendam
Dalam publikasi The New York Times, kolumnis Kevin Rose sebagaimana dikutip Tirto.id juga menyebut TikTok secara fundamental sangat berbeda dibandingkan aplikasi media sosial manapun yang pernah ada. TikTok, menurutnya, “mengembalikan keceriaan ke tubuh media sosial.” Tiktok adalah menghibur diri sendiri kalaupun itu menghibur orang lain itu adalah bonus. Cobalah goyang ubur-ubur bersama-sama teman-teman, rasakan kegembiraan dan ketagihan untuk melakukan goyang yang lain-lain. Mungkin mirip karaoke bersama teman-teman kantor menggunakan lagu dangdut via vallen “sayang” yang kadang kalau didengarkan di kantor sendiri itu nggak mungkin.
Entah malu, bukan selera atau tidak cocok. Tapi di ruangan tertutup lyric dan ritme lagu yang semula di nyanyikan NDX AKA Jogja bisa menjadi bahan pemersatu dan bahan tertawa bahagia bersama. Nah ini contoh bagaimana Tiktok membawa kebahagian alay tersebut ke alam yang luas, tidak hanya dinikmati teman sejawat tetapi seluruh dunia.
Sederhana itu kunci suksesnya alay
Tiktok dengan segala kecanggihan benar-benar memudahkan yang menggunakan untuk mewujudkan apa yang diinginkan. Mau ganti wajah, bisa mau ganti background lagu bisa, mau cari contoh bisa dengan feature yang mudah. Tidak harus menjadi penari atau penyanyi untuk bisa bikin konten menyenangkan di tiktok. Cukup menggunakan feature yang sudah disediakan silahkan digunakan. Ngawur juga nggak papa, karena bisa jadi kengawuran malah menjadi trend.
Apalagi untuk generasi Z dimana merasa punya waktu sedikit untuk bisa menerima pesan, tidak bertele-tele, sederhana dan to the point.
Ketiga alasan tersebut sebenarnya jauh sudah terpampang di jalan-jalan lewat ide-ide dan tagline di belakang truk, tetapi mungkin kita tidak memperhatikan apalagi menjadikan sebuah platform social media. “ Hidup itu mudah, kita yang membuat rumit”. “Bahagia itu sederhana,dimanapun bisa”.
Editor: Jemmie Delvian
Tentang Penulis:
Ulung Prabowo lahir di Wonosegoro, Boyolali 15 Maret 1978.
Penulis adalah praktisi di bidang Market Analysis dan Strategic Planning. Pernah bekerja untuk perusahaan agency periklanan pada posisi yang sama. Saat ini masih bekerja di perusahaan advertising nasional di Jakarta.
Tulisan ini khusus untuk www.palembangbaru.com