JAKARTA , PB – Kebijakan pemerintah Indonesia meningkatkan penggunaan energi baru terbarukan (EBT) dengan program co-firing biomassa limbah pertanian atau sampah perkotaan. Strategi co-firing membuat pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) menggunakan bahan baku batubara, memiliki tambahan alternatif biomassa lebih hijau.
Vice President Technology Development PT PLN Nusantara Power, Ardi Nugroho menjelaskan Indonesia berkomitmen menurunkan emisi gas rumah kaca. “Komitmen ini tertuang dalam dokumen Nationally Determined Contribution (NDC) yang merupakan tindak lanjut Paris Agreement,” katanya.
Ardi menjelaskan, di Indonesia memiliki potensi biomassa yang kaya. Studi pada 2018, potensi biomassa di Indonesia sebagai negara hutan hujan tropis cukup besar.
Potensi hutan, perkebunan dan pertanian digunakan sebagai paru-paru dunia, bahan pangan, rempah-rempah. Lalu rantai karbon dalam biomassa, juga bisa dimanfaatkan sebagai energi alternatif.
Menurutnya, co-firing merupakan pemanfaatan bahan bakar dari biomassa dan sampah. Hal itu untuk pembangkit listrik dapat dilaksanakan dengan cepat.
“Tanpa perlu melakukan pembangunan pembangkit dan sebuah teknologi substitusi batubara. Dengan bahan bakar energi terbarukan pada rasio tertentu bisa dilakukan dengan tetap memperhatikan kualitas bahan bakar sebagai kebutuhan,” katanya.
PLN memiliki tugas yaitu melayani kebutuhan energi nusantara. Yakni memberikan akses kepada seluruh masyarakat untuk mendapatkan hak akses kelistrikan.
“Rasio elektrifikasi di Indonesia dalam 10 tahun terakhir meningkat hingga 99,5 persen. Sehingga kami berupaya menjaga listrik tetap andal (reliable) dan harga listrik terjangkau masyarakat (affordable),” katanya.