JAKARTA, PB – PT Pendanaan Efek Indonesia (PEI) semakin memperkuat perannya sebagai lembaga pendanaan efek bagi investor di pasar modal. Sampai minggu ke-3 Tahun 2022 PEI telah menyalurkan pendanaan efek sebesar Rp1,65 triliun.
“Porsi terbesarnya lebih banyak di transaksi marjin sebesar 1,1 triliun, sedangkan transaksi repo sebesar 543 miliar. Dalam pendanaan ini, investor memberikan sahamnya sebagai collateral atau jaminan,” kata Direktur PEI, Suryadi.
Dalam satu hari, posisi piutang PEI pernah mencapai level tertinggi yaitu sebesar Rp585,5 miliar. Hal ini, menurut Suryadi, menunjukkan peran PEI semakin diminati oleh investor pasar modal.
“Saat ini sudah ada 16 anggota bursa yang menjadi partisipan PEI. Jumlah itu bertambah 4 anggota bursa dibandingkan partisipan PEI di tahun 2021,” ucap Suryadi.
Tahun 2023, PEI akan meningkatkan pendanaan transaksi marjin, yang semula rata-rata outstanding hariannya Rp150 miliar menjadi Rp300 miliar. Suryadi juga mengatakan akan menawarkan suku bunga yang kompetitif di tengah kenaikan suku bunga BI.
“Karena cita-cita kami bukan sekadar memberikan pendanaan ke pasar modal tapi juga meningkatkan likuiditas pasar. Harapannya akan lebih mendorong orang-orang bertransaksi di pasar modal, karena mendapatkan biaya yang murah dibandingkan meminjam di tempat lain,” ujar Suryadi.
Saat ini, PEI juga sedang melakukan kajian untuk produk baru berupa pendapaan IPO. Inovasi produk ini dapat membantu keterbatasan sumber dana bagi investor di pasar perdana.
“Kami melihat ada kebutuhan di market sekarang ini, untuk IPO masih kesulitan mendapatkan dana di awal, baik pre-IPO maupun saat IPO. Produk Pendanaan IPO menjadi peluang bagi PEI untuk memberi kesempatan bagi investor mengoptimakan keuntungannya di pasar modal,” ujar Suryadi.
Kajian awal produk pendanaan IPO telah selesai dilakukan tahun ini, dan tahun 2023, PEI melakukan pendalaman, studi banding ke negara lain. Setelah semua proses itu selesai, PEI akan mengajukan ijin produk tersebut ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK).