Breaking NewsEKONOMIOPINITRIVIA

Indonesia, Optimisme, Bahagia dan Tertawa Bersama

Oleh: Ulung Prabowo

PALEMBANG BARU – Optimis dan bahagia itu kelihatannya salah satu ciri bangsa Indonesia. Perilaku inilah yang dipakai oleh  brand Gojek dengan kampanye hashtag #pastiadajalan. Orang Indonesia apapun posisinya, dimanapun kondisinya selalu menemukan jalan keluar yang kadang unik dan pastinya itu berangkat dari akar optimisme. Itulah yang dilihat Gojek sebagai salah satu karakter bangsa ini.

Beberapa pakar dan badan dunia memprediksi ekonomi akan mengalami pelambatan, kalau orang Indonesia menyatakan bolehlah melambat, tetapi jiwa optimisme dan tertawa teruslah ada. Beberapa Riset Internasional, seperti Gallup Internasional, Nielsen dan lembaga yang lain secara konsisten Indonesia adalah negara teroptimis di dunia, tahun 2017-2019 secara konsisten ada  di peringkat 1-3 besar. Salah satu lembaga yang mengukur tersebut adalah Nielsen menjelaskan Index Kepercayaan tersebut dipengaruhi oleh tiga indikator, yaitu optimisme konsumen mengenai prospek lapangan kerja lokal, keadaan keuangan pribadi, dan keinginan untuk berbelanja, dalam 12 bulan ke depan. Bagi Indonesia, dua indikator pertama mengalami peningkatan pada kuartal I/2019.

Dua komponen pembentuk IKK Indonesia tercatat meningkat pada kuartal I-2019. Prospek Lapangan Kerja Lokal naik dari 68% di kuartal IV-2019 menjadi 72%. Artinya, lebih banyak orang yang optimis akan kondisi penciptaan lapangan kerja dalam 12 bulan ke depan.

Sementara jumlah konsumen yang optimis akan Kondisi Keuangan Pribadi dalam 12 bulan ke depan juga naik menjadi 83% dari yang sebelumnya 79% di kuartal IV-2018.

Sementara itu di kuartal pertama 2019, hanya lebih sedikit dari setengah (56%) konsumen yang menyatakan bahwa waktu 12 bulan ke depan adalah Waktu yang Baik untuk Berbelanja Barang-barang yang Mereka Inginkan dan Butuhkan. Indikator terakhir ini menurun dari 63% di kuartal keempat 2018.( laporan Nielsen, Conference Board Global Consumer Confidence Survey.)

Kali ini diawal 2020 optimisme itu mendapatkan lawan yang jauh lebih berat, namanya Virus Corona Disampaikannya, hingga awal Januari hingga saat ini sudah ada aliran dana keluar Indonesia (capital outflow) mencapai Rp 11 triliun. Meski demikian masih ada aliran dana masuk meski hanya Rp 400 miliar ( bank Indonesia)

mewabahnya virus Corona tersebut menyebabkan tidak terealisasinya seluruh potensi perekonomian Cina melalui konsumsi domestik pada momentum tahun baru Cina itu. “Adanya virus Corona terjadi policy lock down sehingga potensi perekonomian Cina dari faktor domestik tidak terealisasi. Kehilangan momentum dan bahkan liburnya diperpanjang sampai early Februari.

Dengan lawan yang sebegitu kuat dan begitu berpengaruh akankah Indonesia yang super optimis ini akan bisa menang. Menurut yang sudah ada, beberapa tanda menunjukkan walau berat, Indonesia tetap optimis dengan kondisi yang ada, orang Indonesia itu pinter ngakalin. Tanda-tanda tersebut adalah

1. Seserius apapun Indonesia selalu menganggap humor

Bangsa ini telah bergelut dengan berbagai macam kejadian yang harusnya menjadikan pesimisme. Terorisme, bencana alam, kemiskinan tetapi semua hal itu selalu ada saja humornya. Misalnya ketika Virus Corona pertama muncul, yang muncul di group-group wa adalah, Corona nggak mungkin datang ke Indonesia, karena akan dikalahkan oleh virus DBD dan Virus lainnya yang sudah duluan di Indonesia dengan ucapan, Hi Corona, ngapain datang kesini, mau ngurangin rejeki kita.

Memang terkadang humor menjadi hal yang kurang estetis ketika terjadi bencana atau wabah seperti Corona, tetapi disisi lain itu menunjukkan bagaimana Indonesia itu selalu optimis apapun yang terjadi

2. Menganut paham, ya udah ikutin saja air mengalir

Dua  karateristik konsumen Indonesia menurut Handy Irawan adalah tidak berencana dan berorientasi jangka pendek. Implikasinya apa sih?, karena tidak berencana ya sudah ikutin saja apa yang terjadi nggak usah susah sekali atau nggak usah senang sekali relax dan santai saja. Berjangka pendek membuat bangsa Indonesia memikirnya yang sekarang saja, masa depan biar dipunyai masa depan. Terhadap ancaman bencana, virus ya sudah biarin saja khan masih belum tho, lha perkara yang belum koq diributin, sekarang saja  mari kita ngopi.

3. Nekat adalah segalanya

Bangsa ini juga sangat dipenuhi oleh kenekatan-kenekatan disekitar kita, mulai dari dulu cerita tentang supir angkot tembak yang disopiri oleh anak dibawah umur yang belum mendapat SIM, Kondisi bis yang tidak layak mudik. Kenekatan di satu sisi memang jawaban dari ketidakmampuan tetapi harus dilakukan, disisi lain itu adalah pertahanan yang luar biasa, menimbulkan efek yang diluar dugaan, karena nekat berarti sudah tidak ada lagi kemampuan yang ada hanya insting untuk bertahan. Virus corona bisa ditahan dengan kenekatan bahwa kita mampu bertahan bahkan disaat secara rasional sudah tidak bisa.

Dengan tiga tanda tersebut, kiranya walapun berat Indonesia kiranya akan bisa mampu mengalahkan ancaman dampak virus Corona.

Editor: Jemmie Delvian

Tentang Penulis:

Ulung Prabowo lahir di Wonosegoro, Boyolali

Penulis adalah praktisi di bidang Market Analysis dan Strategic Planning. Pernah bekerja untuk perusahaan agency periklanan pada posisi yang sama. Saat ini masih bekerja di perusahaan advertising nasional di Jakarta.

Tulisan ini khusus untuk www.palembangbaru.com

Redaksi Palembang Baru

Tinggalkan Balasan