Breaking NewsEKONOMIOPINITRIVIA

Corona dan Saat Nyatakan Cinta

Oleh Ulung Prabowo

Akhirnya, ya, akhirnya pernyataan itu datang juga, pernyataan yang ditunggu-tunggu internal maupun eksternal. Presiden Jokowi menyatakan resmi Indonesia terkena virus Corona, ada dua orang yang tersuspect sudah dinyatakan positif terpapar virus yang lagi menghebohkan dunia. Pernyataan ini ditunggu-tunggu setelah berulang kali pihak eksternal baik dari Badan Kesehatan dunia, WHO, negara-negara sekitar Indonesia yang meragukan kekebalan negara Indonesia terhadap Corona, karena diluar sana sudah 63 negara yang menyatakan terpapar virus tersebut. Pernyataan ini juga ditunggu pihak internal terutama “oposisi” yang pastinya meragukan kapabilitas pemerintah yang berkuasa untuk menangani virus ini.

Pernah nggak sih kita disituasi seperti pemerintah Indonesia dalam menghadapi virus Corona, yang pasti kalau pernah ingin menyatakan cinta, minimal dalam lingkup kecil itu, kita pernah menghadapi situasi simalakama tersebut. Seorang teman mengatakan menyatakan cinta itu seperti menahan kentut, dikeluarkan bikin ribut, ditahan bikin sakit perut. Nah pilihan yang tidak ada enaknya, yang ada hanya menghadapi konsekuensi-konsekuensinya.

Saya sendiri yakin, pemerintah sudah sangat menimbang bagaimana mengelola isu tentang Corona, beberapa waktu sebelum dinyatakan ada suspected virus ini, Menteri Kesehatan dalam interview dengan salah satu TV Swasta mengatakan, selain siap dengan virus Corona ini, ada hal yang harus disampaikan kepada masyarakat secara elegan, tepat dan nyaman, tidak membuat gaduh dan keributan. Ini tanda bahwa pemerintah sudah aware tinggal menunggu waktu saja Indonesia akan terpapar virus ini tapi yang lebih penting adalah mengelola isu tersebut, bukan hanya asal ngumumin tapi tidak tahu dampak bola saljunya.

Melihat fenomena diatas Indonesia mirip segmentasi pecinta yang berpikir panjang, bukannya tidak ingin menyatakan cinta tetapi mereka akan mempertimbangkan secara jernih efek dan dampaknya, kemungkinan dia masih memilih persahabatan yang telah terjadi walau kadang tersakiti, atau memilih zona nyaman yang saling mengasihi tanpa status sehingga tidak ada yang tersakiti secara nyata, atau memang dia berpikir menyatakan cinta lebih besar mahdorotnya dibanding menyimpan dalam hati. Walaupun sekitarnya sudah sering memprovokasi ayo dong nyatakan cinta, pakai sembunyi-sembunyi atau dengan setting, dia tetap bergeming untuk bertahan. Memilih sakit perut daripada bikin ribut.

Ketika berita Indonesia tersuspect virus ini, bola salju yang tidak diharapkan terus bergulir dengan cepat, kalau tidak tertangani dengan baik, ini akan menghantam pertahanan perekonomian Indonesia yang 2020 sempat mendapatkan angin segar pertumbuhan. Reaksi awal adalah hilangnya produk-produk yang berkaitan langsung dengan Corona, hand sanitizer, masker itu yang pertama, kedua orang mulai mempertimbangkan untuk menyetok bahan makanan, supermarket kalau tidak dijaga bisa rush, kemudian orang mulai mengambil cash kalau tidak dijaga bisa menimbulkan rush, dan pastinya perekonomian akan terguncang.

Ini yang dipertimbangkan oleh para pecinta yang kadang menyimpan cinta untuk dirinya sendiri karena ketika diucapkan konsekuensinya kadang tidak bisa dikendalikan, persahabatan putus, pembicaraan menjadi kaku, dan hati menjadi kelu.

Tetapi nasi sudah menjadi bubur, Indonesia sudah menyatakan dirinya sebagai salah satu negara yang terdampak Corona, mau tidak mau konsekuensi harus dihadapi sehingga tidak menjadi liar dan menakutkan. Sama seperti ketika pecinta sudah menyatakan cintanya harus dihadapin apapun akibatnya. Ada beberapa langkah untuk menghindari keliaran dan kepanikan yang tidak beralasan.

Pertama, cinta itu butuh kepastian, rakyat juga sama

 Ya, kita sudah ada virus di Indonesia, pemerintah sebagai wakil dari rakyat Indonesia harusnya memberikan kepastian tentang bagaimana, kapan, siapa, dimana rakyat bisa mengakses informasi tentang Corona itu awalnya, berapa nomor telponnya, rumah sakit mana, bagaimana  pemerintah memberikan kepastian bahwa surrounding tetap aman terkendali, pasokan makanan, keamanan, transportasi diberikan penjagaan yang semaksimal mungkin untuk mengurangi dampak tindakan yang irrasional, aksi penimbunan, pemborongan harus segera dijaga untuk kenyamanan menghadapi semuanya ini. Rakyat saat ini butuh kepastian, informasi yang sangat simpang siur akan menimbulkan ketidakpastian ini sangat berbahaya, begitu juga cinta tanpa kepastian itu berat. Ini sangat penting untuk mengerem irrasional behaviour masyarakat ketika menanggapi masalah Corona ini.

Kedua, cinta menumbuhkan harapan, rakyat juga sama

Ya, cinta harus menumbuhkan harapan dan cita-cita bahwa dengan cinta akan lebih baik, lebih luas jangkauannya dan pastinya lebih bahagia. Ketika Corona menyerang, Pemerintah sudah seharusnya memberikan harapan dan motivasi bahwa kita bisa melalui dengan smooth walau berat tetap ada harapan disana, ada pelangi setelah hujan, ada daratan setelah badai menghujam. Salah satu media yang paling besar pengaruhnya adalah Televisi, bagaimana pemerintah bekerja sama dengan TV untuk menumbuhkan harapan-harapan dengan tindakan nyata.

Sehingga bukan fatamorgana yang dijanjikan tetapi gerak nyata untuk meraih harapan keluar dari krisis Corona.

Ketiga, cinta itu menumbuhkan solidaritas, rakyat juga sama

 Ketika bencana datang yang lebih ditakutkan bukan bencana itu sendiri tetapi ketakutan, stigma, hoax dan irrasional behavior, cinta harusnya bisa menumbuhkan solidaritas, bukan mencari selamat sendiri, saat ini rakyat dipimpin negara harus bisa membuat solidaritas sehingga bencana ini tidak hanya memberikan kepanikan tetapi juga kerja sama untuk menjadi lebih baik. Banyak orang ngopi bersama saat banjir, padahal waktu biasa tidak pernah saling menyapa, sudah saatnya bergandeng tangan untuk melalui bencana ini,

 

Satu hari setelah dinyatakan Indonesia suspected Corona, muncul tagar #kamitidaktakutcorona, minimal dengan tagar-tagar ini, bangsa ini tetap optimis dan terus ada harapan akan ada bunga bermekaran setelah hujan. Tidak lupa group-group wa menghadirkan pesan-pesan positif untuk keluar bersama menuju bahagia

 

Editor: Jemmie Delvian

Tentang Penulis:

Ulung Prabowo lahir di Wonosegoro, Boyolali.

Penulis adalah praktisi di bidang Market Analysis dan Strategic Planning. Pernah bekerja untuk perusahaan agency periklanan pada posisi yang sama. Saat ini masih bekerja di perusahaan advertising nasional di Jakarta.

Tulisan ini khusus untuk www.palembangbaru.com

Redaksi Palembang Baru

Tinggalkan Balasan