Bandung, PB — Krisis mismatch energi antara lokasi pembangkit dan pusat konsumsi listrik menjadi sorotan serius. PT PLN (Persero) mengambil langkah strategis dengan menggandeng ilmuwan dan perguruan tinggi untuk mengembangkan teknologi mutakhir, menargetkan peningkatan bauran energi baru terbarukan (EBT) sekaligus menuju swasembada energi.
Komitmen tersebut ditegaskan dalam Konvensi Sains, Teknologi, dan Industri (KSTI) Indonesia 2025 di Bandung, Kamis (7/8). PLN berencana memanfaatkan hasil riset ilmiah secara langsung untuk mendukung pertumbuhan ekonomi nasional dan target Net Zero Emission 2060.
Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Diktisaintek), Stella Christie, menyebut sektor industri, termasuk BUMN, sebagai katalisator pertumbuhan ekonomi. Ia menekankan perlunya jembatan antara riset dan kebutuhan industri agar inovasi tidak berhenti di tahap prototipe.
“Kami terus memetakan kebutuhan BUMN agar dapat langsung direspons oleh peneliti. Tujuannya, revenue meningkat, biaya turun, semua berbasis riset,” ujar Stella.
Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo, menyambut langkah tersebut. Menurutnya, pemanfaatan sains dan teknologi adalah kunci percepatan EBT di Indonesia. “Kami siap mengimplementasikan hasil riset untuk mendorong bauran EBT nasional, sejalan dengan target Net Zero Emission 2060,” tegasnya.
Executive Vice President Aneka Energi Baru Terbarukan PLN, Daniel K.F. Tampubolon, menambahkan bahwa transisi energi tidak cukup dengan membangun pembangkit EBT. Infrastruktur pendukung seperti smart grid menjadi keharusan.
“Smart grid mampu mengatasi risiko intermitensi pada variable renewable energy dan menjaga keandalan Selain itu, PLN tengah mengembangkan green enabling transmission line sepanjang 47.758 kilometer sirkuit sesuai Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025–2034. Jalur transmisi hijau ini diharapkan mengatasi ketidaksesuaian antara lokasi pembangkit EBT dan pusat permintaan listrik, terutama di wilayah kepulauan.
“Mismatch adalah tantangan besar bagi Indonesia. Tapi dengan riset mendalam, kita bisa hadirkan teknologi adaptif dan berkelanjutan,” tutup Daniel.(Red)