PendidikanPeristiwa

Bermasalah, 64 Mahasiswa Widya Dharmasraya dan Harapan Palembang Tak Ada Ijazah

palembangbaru.com, PALEMBANG – Lemas, serasa tak percaya. Perasaan itu dialami puluhan mahasiswa program studi farmasi dan rekam medis Perguruan Tinggi Widya Dharma dan Harapan Palembang usai diwisuda awal Januari tadi.

Map yang diberikan hanya berisikan secarik kertas bertuliskan “Selamat Wisuda semoga sukses di tiap langkah berikutnya”.

Tidak ada ijazah.

Masalah berikutnya yang akan ditemui, belum bisa dikeluarkannya Surat Tanda Registrasi (STR).

Saat mahasiswa perguruan tinggi lain sibuk mencari pekerjaan, seorang alumnus jurusan rekam medis masih berdiam di rumahnya

Saat media menjumpai pria itu duduk di teras rumah, masih bercelana pendek dan baju kaos.

Ia sekarang sedang bingung.

Ijazah belum keluar, apalagi STR, sebagai bukti tertulis yang diberikan oleh pemerintah kepada tenaga kesehatan sebagai bukti telah memiliki sertifikat kompetensi.

Tanpa dua surat itu maka dia tidak bisa melamar pekerjaan di suatu perusahaan swasta atau instansi pemerintah.

Sudah empat kali pertemuan dilaksanakan dengan yayasan yang mengelola perguruan tinggi itu.

Dua kali dengan wali mahasiswa dan dua kali dengan mahasiswa.

Tetapi belum ada kesepakatan yang melegakan bagi mahasiswa dan alumnusnya.

Hari itu, rencanannya beberapa mahasiswa akan mendatangi kampus mereka di Jalan Soekarno Hatta, Palembang.

Tujuannya untuk menuntut dikeluarkannya ijazah dan pengurusan STR.

Pandangan dan  jarinya tidak lepas dari layar smartphone.

Dari grup dan pesan pribadi whatsapp, ia memantau pergerakan teman-temannya.

Tersisa 24 mahasiswa rekam medis seangkatannya yang masuk tahun 2014

Rencana dibuat dadakan itu batal terlaksana.

Banyak diantara temannya tidak bisa ikut serta.

Meski demikian, ada satu temannya yang lain datang untuk ngobrol bersama awak media.

Keduanya baru saja wisuda pada 6 Januari 2018.

Meski mau bercerita, keduanya tidak ingin nama mereka dicantumkan di media.

Takut malah urusan dipersulit oleh pengurus yayasan.

Keruwetan akademik ini bermula saat ada keputusan bersama dua menteri tentang alih kelola perguruan tinggi dari Kementerian Kesehatan ke Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi.

Pengurus Perguruan Tinggi Widya Dharma dan Harapan belum selesai mengurus proses alih bina ini sehingga ijazah dan STR mahasiswa sulit keluar.

Media pun coba untuk mengecek ke website forlap.ristekdikti.go.id, sebagai pangkalan data pendidikan tinggi di Indonesia.

Ketika memasukkan kata kunci widya dharma dan harapan tidak ditemukan nama ini di kanal pencarian data perguruan tinggi.

Begitu juga saat diketik kata Harapan, tidak menampilkan hasil pencarian.

Pemuda 22 tahun yang dijumpai wartawan awal pekan tadi mendengar desas-desus, bahwa perguruan tinggi tempatnya kuliah tidak perpanjang izin sehingga tidak terdaftar di Dikti.

Sudah dikasih batas waktu sampai Agustus 2017, tetapi belum juga selesai.

“Lulusan kami terlantar lima bulan. Kami mestinya wisuda Agustus 2017, ternyata baru wisuda Januari ini. Wisuda diundur karena masalah belum selesai,  jadi tidak bisa diwisuda,” ungkapnya

Kami sudah rugi waktu, materi, dan umur.

Untuk masuk kuliah saja, tiap mahasiswa harus membayar uang Rp 10 juta.

Belum lagi biaya per semester Rp 3,5 juta dan praktik mandiri tiga kali sebesar Rp 900 ribu, serta ikut wisuda bayar Rp 8,5 juta.

“Kami ngarep wisuda kemarin digerbek, seperti wisuda abal-abal di jawa,” cetus temannya.

Saat ini sekitar 64 alumnus jurusan rekam medis dan farmasi yang baru diwisuda kemarin belum mendapatkan ijazah dan STR.

Semuanya adalah mahasiswa diploma tiga angkatan 2014.

Kemudian mahasiswa angkatan 2015 yang tahun ini menyelesaikan kuliah bakal mengalami nasib yang sama.

Sedangkan mahasiswa angkatan 2016 dan 2017 dari dua jurusan dikabarkan sudah pindah ke perguruan tinggi lain.

Masalah tidak sampai di sini, alumnus yang tamat pada 2010 lalu juga mulai ketar-ketir.

Sebab ada kakak tingkat mereka yang baru diterima kerja di rumah sakit swasta mulai didesak untuk mengumpulkan legalisir terbaru.

“Kami bingung, banyak sekali rumor berkembang. Informasi dari staf kampus berbeda-beda. Ada yang menawarkan pindah sekolah D4 di Bandung. Ada yang katanya pindah ke perguruan tinggi di Palembang ini,” ungkap pria yang bertubuh gempal.(*)

Sumber : Tribun sumsel

Redaksi Palembang Baru

Tinggalkan Balasan