PALEMABANG BARU – MESKI berpangkat jenderal berbintang satu, namun sikap rendah hati Brigjen TNI Drs Burlian Syafei Matjan, begitu kental melekat di dirinya.
Sebagai figur yang sibuk sebagai guru besar di lingkungan TNI Angkatan Darat, Brigjen Burlian tak pernah melupakan desa kelahirannya. “Setiap tahun saya selalu berziarah ke makam leluhur saya,” ujar Brigjen Burlian kepada wartawan media ini, Sabtu (23/1/2921).
Prajurit TNI yang menjabat sebagai Direktur Pusat Intelijen Teritorial itu, ziarah ke makam leluhurnya Puyang Bathin Guru di Desa Sungai Sodong Kecamatan Mesuji Sumatera Selatan.
“Saya bisa menjadi seperti sekarang, itu karena doa restu dari keluarga saya, para sahabat serta dukungan dari masyarakat Desa Sungai Sodong,” ujar Burlian, tersenyum.
Ziarah leluhurnya itu, kata Burlian, dilakukan pada Sabtu lalu (16/1/2021). Meski menyandang pangkat jenderal, namun Brigjen Burlian tak segan-segan turun tangan untuk membersihkan rumput serta semak bekukar yang menyergap kebersihan makam Puyang Bathin Guru. “Puyang kami ini, dulunya merupakan hulu balang dari Sultan Mahmud Badaruddin II,” ujarnya.
Begitu dekatnya Brigjen Burlian dengan masyarakat setempat. Dalam perbincangan dengan masyarakat Desa Sungai Sodong, Burlian menyerukan agar warga menjaga kekompakan, kebersamaan serta menghindari pertikaian tajam antarmasyarakat setempat.
“Tak ada perbedaan di antara kita. Kalau ada perbedaan busana dan status pekerjaan, itu adalah kekayaan tradisi yang patut kita syukuri,” ujarnya.
Jika dia membuka busananya, kata jenderal yang rendah hati itu, maka antara warga dan dirinya adalah satu jiwa dan senasib sepenanggungan.
Sebagai Dosen Madya di Sekolah Staf dan Komando TNI AD, Burlian menyampaikan simpatinya bagi kehidupan warga Desa Sungai Sodong.
Karena itu Barlian mengatakan bahwa kehidupan manusia itu tak terlepas dari visi misi kehidupan mereka. Menurut dia, visi kehidupan yang harus disadari ialah melaksanakan tugas secara amanah, jujur dan benar.
Semua itu, katanya, meliputi kebenaran bagi diri sendiri, orangtua, keluarga, pekerjaan, hubungan antarmanusia dan alam sekitar.
“Apabila kita dapat melakukan aktivitas sesuai misi, maka Allah SWT akan menyelamatkan kita dari dunia hingga ke akhirat,” ujar Burlian yang saat ini berdomisili di Kabupaten Bandung, Jawa Barat.
Selama berada di Desa Sungai Sodong, Brigjen Burlian menetap di rumah keluarganya, rumah Ali Hanafiah yang akrab dipanggil Tutul.
Menanggapi keramahtamahan Brigjen Burlian, tokoh pemuda Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Drs Chichan S MSi, menyatakan kagum dengan kecerdasan dan sikap merakyat Brigjen Burlian.
“Beliau itu sangat merakyat. Dengan menyandang pangkat jenderal bintang satu, beliau tidak segan-segan bicara dengan warga desa ini yang hanya bekerja sebagai petani. Kami sangat kagum dan merindukan figur seperti itu,” ujar Chichan kepada wartawan media ini.
Sesibuk apa pun dia sebagai prajurit TNI, kata Chichan, tapi Bigjen Burlian setiap tahun selalu melakukan ziarah ke makam Puyang Bathin Guru. “Itu makam leluhur beliau,” ujar Chichan, tersenyum.
Bahkan sebagai “Guru Besar” di Tentara Nasional Indonesia (TNI), kerendahan hatinya itu menarik perhatian masyarakat Sumatera Selatan. “Beliau tidak segan-segan berbincang akrab dengan rakyat jelata yang dijumpainya di lapangan. Masya Allah, sebagai seorang jenderal, sikapnya tidak eksklusif,” katanya.
Ketika Brigjen TNI Drs Burlian Syafei Matjan berkunjung ke Desa Pematang Panggang Kecamatan Mesuji OKI, ia disambut Dandim OKI-OI Letkol Zamroni dan Danramil Mesuji Lettu Muslihin, Brigjen Burlian tidak tampak eksklusif. Kedua prajuritnya tidak tampak menundukkan diri. “Padahal Pak Zamroni dan Pak Muslihine menghadapi komandan tingginya dari pusat. Ah, begitu bijak dan rendah hatinya beliau,” tandas Chichan.
Sementara itu menurut Awi (42) —warga Desa Sungai Sodong– , jiwa kerakyatan Brigjen Burlian sangat tinggi. Bahkan perhatiannya kepada warga sangat terasa.
“Pemimpin seperti ini sangat kami dambakan. Beliau tidak gengsian ketika berbincang dengan kami, terutama untuk membicarakan aktivitas petani sehari-hari. Padahal beliau itu prototipe seorang jenderal,” kata Awi.
Editor : Anto Narasoma