Kabar Pali

Gelar Pelatihan Jurnalis bagi Mahasiswa, Aktivis PALI Gandeng IWO

PALEMBANG BARU, PALI – Aktivis Desa kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir (PALI) menggelar Pelatihan Jurnalis kepada beberapa mahasiswa di kabupaten PALI, Kamis (29/04/21).

Pelatihan itu diadakan secara virtual, dengan menggunakan aplikasi google meet, untuk menghindari penyebaran virus corona (covid-19).

Dengan mengambil tema Menjadi Jurnalis Muda Sampaikan Berita dari Desa Menuju Dunia, kegiatan itu diisi pemateri, Ketua Ikatan Wartawan Online (IWO) PALI Efran, sekaligus Direktur Pali Radio 93.8 FM dan Owner media online pali.co.id dan tintamerah.co.id.

Ketua Aktivis Desa PALI Jhony Iskandar, ST mengatakan tujuan diadakan kegiatan tersebut, untuk memberi pemahaman kepada aktivis desa dan mahasiswa tentang jurnalistik, agar kedepan mereka memiliki kemampuan menulis berita, artikel dan dan juga laporan jurnalisme warga.

“Kegiatan pelatihan ini sangat penting, bahkan seharusnya pelatihan ini dilakukan secara langsung atau tatap muka agar praktik menulis berita jadi lebih efektif,” kata Jhony dalam kata sambutan virtual di ruang kerjanya.

Sebagai pemateri Efran, menuturkan berdasarkan UU Pers Nomor 40 Tahun 1999 dan Kode Etik Jurnalistik, pers tidak hanya memiliki peran menyampaikan informasi kepada masyarakat, tetapi pers harus mengedepankan fungsi utamanya mencerdaskan kehidupan bangsa.

Menurut Efran, dalam negara berdemokrasi pers memiliki peran yang begitu vital, pers berperan sebagai alat kontrol pemerintah dan sebagai penyalur aspirasi rakyat.

“Alat kontrol bagi pemerintah maksudnya adalah pers memiliki hak untuk mengkritik berbagai kebijakan yang dikeluarkan oleh eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Kritik tersebut tertuang dalam bentuk pemberitaan atau informasi yang dikeluarkan oleh pers,” tutur Efran didampingi Kabid Teknologi Informasi dan Komunikasi Bertha Haryanto, ST, M.Si secara virtual di ruang rapat dinas Kominfo PALI.

Lebih lanjut Efran menjelaskan begitu pentingnya peran pers dalam negara demokrasi, pers bahkan dinobatkan sebagai pilar keempat demokrasi di Indonesia atau dikenal dengan four estate.

“Apabila dikaitkan dengan sistem demokrasi sekarang, maka kekuatan pers dianggap setara dengan pilar demokrasi lainnya yaitu eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Kekuatan tersebut merujuk pada kekuatan untuk mengawasi jalannya pemerintahan dan menyalurkan aspirasi rakyat, secara garis besar peran pers bagi negara demokrasi adalah menjamin proses akuntabilitas publik dapat berjalan dengan lancar,” jelasnya.

Selain itu, kata Efran, pers pada posisi tertentu dapat bertindak ssebagai lembaga formal yang mengawasi kinerja pemerintah, pers dibutuhkan agar tidak terjadi penyalahgunaan kekuasaan (abuse of power) oleh penyelengara kekuasaan negara karena memiliki tugas untuk mengawasi kinerja pemerintah, maka pers haruslah independen, pers bebas dari pengaruh kekuasaan manapun, termasuk pengaruh pemilik media.

Efran menegaskan kepada para peserta ketika nanti terjun sebagai jurnalis, UU Pers dan Kode Etik Jurnalistik sebagai landasan utama dalam menjalankan tugas profesi wartawan.

“Dalam UU Pers dijelaskan, wartawan tidak dibenarkan melacurkan profesi dalam menjalankan tugasnya dengan cara memeras dan menerima, jadilah wartawan yang profesional, kritis dan konstruktif, bersama sinergi membangun PALI,” tutupnya.

Sementara itu, Rahma Adinda mahasiswa Bahasa Inggris Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sriwijaya Palembang mengatakan dirinya termotivasi untuk mengetahui lebih dalam dunia jurnalistik.

“Sebagai proses pengenalan, pertemuan tadi cukup bagus, Kak Efran juga tidak segan berbagi pengetahuan bareng kita. Saya pribadi mulai tercerahkan, kenapa kita perlu jadi jurnalis, so far pelatihannya memotivasi sekali,” ucapnya.

Hal senada diungkapkan Willy Perdana mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya Palembang mengatakan setelah mengikuti pelatihan jurnalistik dirinya tertarik untuk menjadi seorang wartawan.

“Menurut saya pertemuan tadi cukup membuka mata saya mengenai ilmu jurnalistik. Penyampaian dari pak Efran yang bercerita tentang pengalamannya selama menjadi wartawan, dan hal hal yang perlu di perhatikan saat membuat berita, membuat saya semakin tertarik untuk terjun di dunia jurnalistik,” ungkap Willy.

Beragam komentar dari para peserta pelatihan jurnalis, menginginkan kedepan agar diselenggarakan pelatihan jurnalis secara tatap muka, dengan tetap mematuhi protokol kesehatan.

Dalam kesempatan itu, turut hadir sebagai peserta mahasiswa PALI dari berbagai Perguruan Tinggi.(Rilis)

admin
the authoradmin

Tinggalkan Balasan