Breaking NewsEKONOMI

Beras Sumsel Penyelamat Cadangan Beras Indonesia

PALEMBANG BARU, Opini – Indonesia adalah negara kepulauan, dengan jumlah pulau mencapai 17 ribu lebih dan luas wilayah mencapai 1,905 juta 〖km〗^2 membuat negara ini menjadi negara dengan kekayaan alam yang sangat melimpah.

Dikenal juga dengan negara agraris karena sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani, membuat negara ini kuat pada sektor pertaniannya. Saat ini sektor pertanian di Indonesia merupakan penggerak pada perkembangan ekonomi rakyat Indonesia. Salah satu komoditi utama pada sektor pertanian di Indonesia yaitu beras.

Beras dengan salah satu hasil olahannnya nasi, merupakan salah satu makanan pokok yang paling penting di Dunia. Benua Asia merupakan tempat tinggal dari para petani yang memproduksi sekitar 90% dari total produksi beras dunia. Produksi beras di Indonesia didominasi oleh para petani kecil, bukan oleh perusahaan besar ataupun negara.

Para petani ini, berkontribusi sekitar 90% dari total produksi beras di Indonesia dan dengan rata-rata setiap petani memiliki lahan kurang dari 0.8 hektar. Disamping itu, kita tahu bahwa masyarakat Indonesia saat ini sangat bergantung pada beras.

Bagaimana tidak, masyarakat Indonesia saat ini beranggapan bahwa, “Belum makan namanya kalau belum makan nasi”. Berdasarkan publikasi BPS dalam terbitannya yaitu Ringkasan Eksekutif Luas Panen dan Produksi Beras di Indonesia, perkiraan total produksi beras tahun 2018 adalah sebesar 32,42 juta ton dan surplus produksi beras di Indonesia pada tahun 2018 diperkirakan sekitar 2,85 juta ton.

Dari data tersebut, dapat dikatakan bahwa komoditi beras di Indonesia sangat meyakinkan untuk menunjang aktivitas perdagangan beras nasional sehingga dapat meningkatkan perekonomian di Indonesia.

Saat ini, Indonesia menempati posisi ketiga sebagai negara penghasil beras terbesar di dunia setelah China dan India. Salah satu provinsi yang sangat berkontribusi pada produksi padi di Indonesia adalah Sumatera Selatan.

Perdagangan komoditas beras di Sumatera Selatan meliputi Kabupaten Ogan Komering Ulu, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Kabupaten Musi Rawas, Kabupaten Musi Banyuasin, Kabupaten Banyu Asin, Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur, Kabupaten Ogan Ilir, Kota Palembang, dan Kota Lubuklinggau.

Berdasarkan data BPS, Sumatra Selatan memiliki luas panen padi pada 2018 sebesar 513.209 hektar dan produksinya sebesar 2.646.566 ton gabah kering giling. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa produksi padi di Sumatra Selatan dengan acuan konversi dari Gabah Kering Giling (GKG) menjadi Beras siap pakai sebesar 64,02 yaitu mencapai 1.694.331,55 ton.

Kemudian jumlah penduduk Sumatra Selatan pada tahun 2019 yaitu sebesar 8,931 juta jiwa. Sedangkan konsumsi beras perkapita dari patokan tahun 2017 yaitu sebesar 114,6 kg. Dari data di atas dapat diketahui bahwa kebutuhan beras di Provinsi Sumatra Selatan pada tahun 2019 yaitu sebear 961.608,6 ton. Dari angka tersebut dapat disimpulkan bahwa Provinsi Sumatra Selatan pada tahun 2019 mengalami surplus beras sebesar 732.722,95 ton. Surplus beras yang terjadi di Provinsi Sumatra Selatan dapat disebar ke beberapa daerah yang ada di Indonesia sehingga kebutuhan beras yang ada di daerah tersebut dapat teratasi. Selain itu provinsi Sumatra Selatan juga dapat menjadi salah satu Provinsi dengan penyumbangan cadangan besar terbesar di Indonesia.

Disamping tingkat surplus produksi beras yang dialami oleh Provinsi Sumatra Selatan, ada beberapa hal yang menajdi kendala, salah satunya yaitu luasnya lahan rawa yang berada disana. Luasnya lahan rawa tersebut tentunya sangat menggagu kegiatan produksi beras, karena di beberapa waktu tertentu lahan rawa tersebut memiliki kadar air yang sangat tinggi sehingga lahan yang seharusnya dapat ditanami padi dengan baik menjadi lahan yang tidak dapat ditanami padi (tidak produktif). Oleh karena itu pemerintah harus bekerja keras untuk mengatasi masalah tersebut.

Ketika masalah tersebut dapat teratasi maka lahan rawa yang awalnya hanya waktu – waktu tertentu saja dapat ditanami padi berubah menjadi lahan produktif yang setiap waktunya dapat ditanami padi.

Sehingga produksi padi di Provinsi Sumatra Selatan dapat mengalami peningkatan. Jika hal itu dapat berjalan dengan lancar maka cadangan beras di Indonesia mengalami peningkatan dan bukan tidak mungkin Indonesia tidak lagi mengimpor beras.

Penulis: Andrian Dwi Putra (Mahasiswa Politeknik Statistika STIS)

Redaksi Palembang Baru

Tinggalkan Balasan